Mengenal Hujan Buatan BPPT
UPT Hujan Buatan BPPT itahnews - Musim kemarau yang sedang melanda Kalimantan dan beberapa pulau lain di Sumatera saat ini mengakib...
https://itahinfo.blogspot.com/2015/09/mengenal-hujan-buatan-bppt.html
UPT Hujan Buatan BPPT |
itahnews - Musim kemarau yang sedang melanda Kalimantan dan beberapa pulau lain di Sumatera saat ini mengakibatkan munculnya kabut asap yang berasal dari pembakaran lahan dan hutan secara liar. Tindakan pemerintah daerah untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan menertibkan pelaku pembakaran dan juga menurunkan hujan buatan untuk meredakan asap yang ada.
Menurut anda mengapa ada hujan buatan ? dan mengapa hujan bisa turun setelah dilakukan penyemaian garam diatas awan ?
Riset tentang hujan buatan mulai dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1998, tepatnya setelah terjadi kebakaran di hutan kalimantan. Dari sini para peneliti mulai bereksperimen dengan mengukur isi butiran - butiran awan yang halus, yang menjadi inti modifikasi cuaca untuk hujan buatan.
Tujuan diciptakannya hujan buatan ini yaitu tidak hanya untuk menurunkan hujan di wilayah yang mengalami kekeringan, namun juga untuk mencegah terjadinya banjir di musim penghujan. Jadi ketika musim hujan tidak menimbulkan banjir dan pada saat musim kemarau tidak terjadi kekeringan.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Drs. F Heru Widodo MSi menjelaskan
merekayasa cuaca dengan teknologi sangat membantu agar tidak menimbulkan
bencana. Teknologi hujan buatan ini menjatuhkan awan berpotensi hujan
sebelum sampai ke daerah rawan banjir. Seperti halnya saat menangani
banjir di Kota Jakarta, awan berpotensi hujan turun di laut sebelum
masuk ke Kota Jakarta.
Menurunkan hujan buatan kelihatannya sangat mudah, namun dibutuhkan kejelian dan kerjasama dari banyak tim yang harus terlibat untuk merekayasa hujan ini. Heru memaparkan untuk memulai merekayasa awan, tim UPT Hujan Buatan
membagi tugas dari pengumpulan awan, pembuatan tepung garam, hingga
penyemaian.
Untuk memandulkan awan kumulonimbus ini, dengan penyemaian garam yang
sudah dihaluskan mirip tepung, dengan ukuran sekitar 5 mikron. Garam
(NaCl) ini merupakan material hidrofolik yang memiliki sifat
mengumpulkan air. Mengapa garam harus dihaluskan menjadi butiran
berukuran 5 mikron? “Supaya bisa lebih cepat meluruhkan awan,” kata
Heru.
Garam dapur ini kemudian dicampur bahan kimia yang sifatnya antigumpal
sekitar 0, 5% - 3 %, kemudian dibungkus dengan plastik kedap udara. Untuk
setiap satu kantong plastik kedap udara ini berisi 10 kg tepung garam.
BPPT menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara untuk
mengangkut tepung garam tersebut. Satu Hercules mampu membawa 4 ton
tepung garam.
Untuk mengetahui pergerakan awan-awan kumulonimbus, maka diperlukan jasa
radar cuaca untuk memantaunya. Dari hasil laporan radar cuaca tentang
keberadaan awan-awan berpotensi hujan ini, maka pesawat yang membawa
tepung garam ini akan bergerak menuju sasaran. Saat mencapai ke dasar
awan berbentuk seperti kembang kol ini, pesawat terbang akan menuju
pucuk awan hujan untuk menabur garam.
Ketinggian pucuk awan bisa mencapai 3,5 km dari dasar awan. Seluruh
tepung garam disemai di pucuk awan tersebut. Tidak lama kemudian, awan
besar yang menggumpal akan bertambah besar dan hujan pun akan mulai turun.
Teknologi hujan buatan sudah banyak sekali membantu meredakan kebakaran hutan yang ada di Riau dan pulau Kalimantan. Selain dipergunakan untuk meredakan kebakaran hutan, pada SEA Games 2011 di Palembang BPPT pun ikut membantu mencegah turun hujan saat pelaksaan pesta akbar olah raga se Asia Tenggara.
Dibutuhkan banyak tenaga dan juga biaya untuk melakukan hujan buatan ini. Jadi, jangan pernah melakukan tindakan tindakan yang menyebabkan kebakaran hutan seperti sengaja membakar untuk membuka lahan atau membuang puntung rokok sembarangan.