Mengenal Hujan Buatan BPPT

UPT Hujan Buatan BPPT itahnews - Musim kemarau yang sedang melanda Kalimantan dan beberapa pulau lain di Sumatera saat ini mengakib...

UPT Hujan Buatan BPPT



itahnews - Musim kemarau yang sedang melanda Kalimantan dan beberapa pulau lain di Sumatera saat ini mengakibatkan munculnya kabut asap yang berasal dari pembakaran lahan dan hutan secara liar. Tindakan pemerintah daerah untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan  menertibkan pelaku pembakaran dan juga menurunkan hujan buatan untuk meredakan asap yang ada.

Menurut anda mengapa ada hujan buatan ? dan mengapa hujan bisa turun setelah dilakukan penyemaian garam diatas awan ?

Riset tentang hujan buatan mulai dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1998, tepatnya setelah terjadi kebakaran di hutan kalimantan. Dari sini para peneliti mulai bereksperimen dengan mengukur isi butiran - butiran awan yang halus, yang menjadi inti modifikasi cuaca untuk hujan buatan.


Tujuan diciptakannya hujan buatan ini yaitu tidak hanya untuk menurunkan hujan di wilayah yang mengalami kekeringan, namun juga untuk mencegah terjadinya banjir di musim penghujan. Jadi ketika musim hujan tidak menimbulkan banjir dan pada saat musim kemarau tidak terjadi kekeringan.

Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Drs. F Heru Widodo MSi menjelaskan merekayasa cuaca dengan teknologi sangat membantu agar tidak menimbulkan bencana. Teknologi hujan buatan ini menjatuhkan awan berpotensi hujan sebelum sampai ke daerah rawan banjir. Seperti halnya saat menangani banjir di Kota Jakarta, awan berpotensi hujan turun di laut sebelum masuk ke Kota Jakarta.

Menurunkan hujan buatan kelihatannya sangat mudah, namun dibutuhkan kejelian dan kerjasama dari banyak tim yang harus terlibat untuk merekayasa hujan ini. Heru memaparkan untuk memulai merekayasa awan, tim UPT Hujan Buatan membagi tugas dari pengumpulan awan, pembuatan tepung garam, hingga penyemaian.

Untuk memandulkan awan kumulonimbus ini, dengan penyemaian garam yang sudah dihaluskan mirip tepung, dengan ukuran sekitar 5 mikron. Garam (NaCl) ini merupakan material hidrofolik yang memiliki sifat mengumpulkan air. Mengapa garam harus dihaluskan menjadi butiran berukuran 5 mikron? “Supaya bisa lebih cepat meluruhkan awan,” kata Heru.

Garam dapur ini kemudian dicampur bahan kimia yang sifatnya antigumpal sekitar 0, 5% - 3 %, kemudian dibungkus dengan plastik kedap udara. Untuk setiap satu kantong plastik kedap udara ini berisi 10 kg tepung garam.

BPPT menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara untuk mengangkut tepung garam tersebut. Satu Hercules mampu membawa 4 ton tepung garam.

Untuk mengetahui pergerakan awan-awan kumulonimbus, maka diperlukan jasa radar cuaca untuk memantaunya. Dari hasil laporan radar cuaca tentang keberadaan awan-awan berpotensi hujan ini, maka pesawat yang membawa tepung garam ini akan bergerak menuju sasaran. Saat mencapai ke dasar awan berbentuk seperti kembang kol ini, pesawat terbang akan menuju pucuk awan hujan untuk menabur garam. 


Ketinggian pucuk awan bisa mencapai 3,5 km dari dasar awan. Seluruh tepung garam disemai di pucuk awan tersebut. Tidak lama kemudian, awan besar yang menggumpal akan bertambah besar dan hujan pun akan mulai turun.

Teknologi hujan buatan sudah banyak sekali membantu meredakan kebakaran hutan yang ada di Riau dan pulau Kalimantan. Selain dipergunakan untuk meredakan kebakaran hutan, pada SEA Games 2011 di Palembang BPPT pun ikut membantu mencegah turun hujan saat pelaksaan pesta akbar olah raga se Asia Tenggara.

Dibutuhkan banyak tenaga dan juga biaya untuk melakukan hujan buatan ini. Jadi, jangan pernah melakukan tindakan tindakan yang menyebabkan kebakaran hutan seperti sengaja membakar untuk membuka lahan atau membuang puntung rokok sembarangan.


Related

nasional 309789737718479783

Posting Komentar

emo-but-icon

Total Pageviews

Statistik

item